BREAKING NEWS

Film Kolaborasi Indonesia–Turki Angkat Kembali Hubungan Emas Kesultanan Aceh dan Kekaisaran Ottoman

Ilustrasi Kekaisaran Turki Utsmani di Konstantinopel.(SHUTTERSTOCK/METEHAN BAHADIR)


PASESATU.COM | ACEH - Pemerintah Aceh menyatakan komitmen penuh terhadap produksi film sejarah bersama Indonesia–Turki yang akan menggambarkan eratnya hubungan diplomatik dan spiritual antara Kesultanan Aceh dan Kekaisaran Ottoman. Inisiatif ini dinilai sebagai langkah strategis untuk menghidupkan kembali bab penting sejarah dunia Islam yang selama ini kurang tereksplorasi.

Dukungan ini disampaikan melalui Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda Aceh, Akkar Arafat, mewakili Gubernur Aceh, H. Muzakir Manaf. Ia menegaskan bahwa Pemerintah Aceh siap menjadi bagian integral dalam proses penggarapan film yang tidak hanya bertujuan hiburan, tetapi juga edukasi sejarah lintas bangsa.

“Kesultanan Aceh memiliki hubungan yang sangat istimewa dengan Kekaisaran Ottoman, dua kekuatan besar dalam dunia Islam pada abad ke-16. Film ini akan menjadi jembatan visual untuk menceritakan kisah nyata tentang solidaritas politik, militer, dan keagamaan antara dua kerajaan tersebut,” ujar Akkar, Sabtu (12/4/2025) di Banda Aceh.

Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda Aceh, Akkar Arafat.(Dok Ist) 


Akkar menambahkan, Pemerintah Aceh menaruh perhatian besar agar film ini dibuat berdasarkan fakta sejarah, tidak sekadar fiksi. “Kita ingin generasi muda tahu bahwa Aceh pernah menjadi mitra strategis Ottoman dalam percaturan dunia Islam, termasuk dalam konteks geopolitik Selat Malaka hingga pengaruh ke Asia Tenggara,” tegasnya.

Kesultanan Aceh tercatat pernah menjalin komunikasi langsung dengan Sultan Suleiman I, penguasa terbesar Kekaisaran Ottoman, bahkan menerima dukungan militer dan simbolik dalam bentuk senjata, penasihat, serta pengakuan kekhalifahan. Hal ini dibuktikan melalui artefak-artefak seperti koin emas dengan nama kedua sultan dan peninggalan makam tokoh Ottoman di Aceh.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal, menyebut bahwa film ini akan menjadi media strategis untuk mengangkat kembali peran Aceh dalam jaringan internasional Islam masa lalu. “Dengan film ini, kita tidak hanya memperkenalkan sejarah lokal ke dunia, tetapi juga mengembalikan posisi Aceh sebagai simpul penting hubungan Timur Tengah dan Asia Tenggara,” katanya.

Disbudpar Aceh akan menyediakan sumber daya, mulai dari akses ke situs bersejarah, manuskrip kuno, hingga keterlibatan ahli sejarah dan tokoh adat. “Kami ingin memastikan keautentikan narasi film ini agar menjadi rujukan sejarah yang bisa dibanggakan di tingkat global,” lanjut Almuniza.

Sementara itu, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, sebelumnya telah menyampaikan langsung inisiatif kolaborasi ini kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Turki, Mehmet Nuri Ersoy, dalam kunjungan resmi ke Ankara, Rabu (9/4/2025).

Dalam pernyataannya, Fadli menegaskan pentingnya menghidupkan kembali warisan sejarah yang memperlihatkan persatuan umat Islam lintas benua. “Hubungan Aceh–Ottoman adalah simbol solidaritas Islam global yang perlu kita kenalkan kembali melalui medium film,” ujar Fadli dalam unggahan di akun X miliknya.

Beberapa artefak sejarah seperti koin dinasti Ottoman dan makam bangsawan Turki di Gampong Bitai, Banda Aceh, menjadi bukti nyata bahwa hubungan kedua kerajaan bukan sekadar simbolik, tetapi berlangsung nyata dan dalam waktu yang lama.

Kolaborasi film ini diharapkan dapat memperkuat hubungan diplomatik modern antara Indonesia dan Turki, dengan akar sejarah yang dalam dan penuh makna. Pemerintah Aceh memandangnya sebagai awal dari kebangkitan narasi sejarah yang selama ini terpinggirkan, sekaligus sebagai tonggak diplomasi budaya melalui sinema internasional.***


ADVERTISEMENT
Designed by Pase Satu
ADVERTISEMENT
Designed by Pase Satu
ADVERTISEMENT
no